Kata Malioboro berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti karangan bunga. Tempat ini mampu menarik pesona wisatawan yang berkunjung ke kota Yogyakarta. Selain tempat perbelanjaan, di Malioboro juga terdapat hotel dan penginapan, sehingga sangat mendukung potensi wisata di kawasan ini.
Bekunjung ke Malioboro, Anda akan melihat ribuan orang berdesak-desakan, ada yang berjalan lalu-lalang, menawar barang, bahkan sekedar menikmati kuliner. Suasana di Malioboro begitu riuh dari pagi hingga malam hari, bunyi klakson mobil, suara musik para penjual CD, hingga teriakan orang tawar-menawar barang.
Dahulu, kawasan Malioboro merupakan daerah sepi yang hanya dilalui orang-orang yang hendak ke keraton. Namun, keberadaan Pasar Gede dan Pasar Beringharjo mendongkrak keramaian dan perekonomian di kawasan ini. Keberadaan kelompok etnis Tionghoa juga ikut berperan menjadikan Malioboro sebagai kanal bisnis kota Yogyakarta. Kini, Malioboro berkembang pesat menjadi denyut perekonomian wilayah Yogyakarta, bahkan tidak sekedar menjadi tempat perbelanjaan, tetapi juga menjadi objek wisata utama para turis, baik lokal maupun mancanegera.

Tempat ini pernah menjadi ajang pertemuan dan pertunjuan para seniman Yogyakarta pimpinan Umbu Landu Paranggi. Kebiasaan mereka berkumpul dan mengekspresikan seni terus mengakar. Hingga kini, budaya duduk lesehan di sepanjang trotoar menjadi sebuah pesona tersendiri yang juga menjadi identitas dan ciri khas Malioboro.
Sebagai pusat perdagangan dan perbelanjaan, Malioboro begitu dikenal sebagai tempat barang dagangan murah. Namun, untuk mendapatkan harga murah, pengunjung mesti pandai-pandai menawar. Salah-salah justru kita akan mendapatkan barang dengan harga dua kali lipat lebih mahal. Bagi yang sudah terbiasa tawar menawar di Malioboro, hal ini tentu tidak menjadi masalah. Namun, bagi pengunjung yang tidak terbiasa menawar, sebaiknya lebih berhati-hati dalam membeli barang.
Selain berbelanja, wisatawan juga bisa mengunjungi beberapa objek bersejarah di sepanjang Jalan Malioboro. Saat ini, Malioboro menjadi salah satu ikon wisata Jogja.
No comments:
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar sesuai dengan materi artikel, menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dengan tidak menuliskan kata-kata singkatan tidak baku. Komentar yang hanya berisi satu atau dua kalimat saja akan dianggap sebagai komentar spam.