Menyusuri Gua Jomblang Gunungkidul, Yogyakarta

Gua Jomblang merupakan salah satu tempat wisata alam di Jogja yang layak dimasukkan dalam agenda liburan Anda. Secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Berada di perbukitan kapur di kawasan pesisir selatan Yogyakarta, berbentuk gua vertikal dengan tipe collapse doline, yang terbentuk akibat proses geologi ribuan tahun silam, berupa amblesnya permukaan tenah ke dalam perut bumi, sehingga membentuk sinkhole atau lubang vertikal, dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah sumuran atau luweng.

Mulut goa seluas 50 meter, memiliki keunikan tersendiri, dimana di dasar gua terdapat hutan dengan pepohonan besar berusia ratusan tahun. Hutan tersebut terbentuk bersamaan dengan amblesnya permukaan tanah, sehingga seluruh vegetasi dan meteri lain ikut terbawa ke dasar gua. Gua yang dikenal juga dengan nama Luweng Jomblang ini menjadi alternatif yang menarik, terutama bagi wisatawan yang menggemari petualangan untuk menaklukkan alam. Karena keunikan tersebut, Gua Jomblang menjadi salah satu gua di kawasan perbukitan kapur pesisir selatan yang sangat diminati wisatawan.

Tempat wisata ini memang memiliki tantangan tersendiri, untuk memasuki gua, dibutuhkan peralatan khusus, dengan standar keamanan caving di gua vertikal, termasuk membutuhkan tali SRT (Single Rope Technique), dan harus didampingi oleh pemandu yang sudah berpengalaman. Namun wisatawan tidak perlu khawatir, banyak pemandu caving di Goa Jomblang yang siap menemani perjalanan Anda. Seluruh perlengkapan dan fasilitas caving sudah disediakan oleh rekan-rekan caver di wilayah tersebut. Pengunjung harus berjalan kaki dari basecamp menuju bibir gua. Terdapat beberapa pilihan lintasan dengan ketinggian yang bervariasi, mulai dari 40 hingga 80 meter.

Di dasar gua terpampang pemandangan yang sangat mengagumkan. Berbeda jauh dengan pemadangan di atas yang sangat gersang, hanya terdapat pepohonan jati meranggas di perbukitan kapur. Di dalam perut Gua Jomblang, Anda akan menyaksikan pemandangan hutan yang subur, dengan vegetasi yang sangat bervariasi, mulai dari lumut, tumbuhan paku, semak, hingga pohon-pohon besar berusia ratusan tahun. Hutan di dalam perut Gua Jomblang dikenal juga sebagai hutan purba, dan seluruh vegetasi yang ada terus tumbuh dan berkembang biak.

Luweng Grubug

Di dasar Gua Jomblang, Anda akan menemukan sebuah mulut gua lagi, yang merupakan pintu masuk menuju lorong sepanjang 300 meter. Lorong tersebut menghubungkan Gua Jomblang dengan Luweng Grubung, yang memiliki diameter kurang lebih 5 meter dan kedalaman hingga 90 meter. Perjalanan menuju Luweng Grubung memang sangat mengesankan, di sepanjang lorong 300 meter Anda akan menyaksikan ornamen dinding yang terbentuk dari batuan kristal, stalaktit, dan stalakmit.




Semakin dalam menyusuri lorong tersebut, cahaya dari mulut gua semakin sirna. Namun hal itu tetap tidak mengurangi keindahan ornamen dinding gua yang benar-benar memukau, meskipun dengan pencahayaan terbatas, praktis hanya menggunakan lampu senter, namun tetap menyajikan pesona karya alam yang luar biasa. Tak beberapa lama menyusuri lorong, pengunjung akan melihat seberkas cahaya terang di tengah-tengah kegelapan, dan terdengan aliran sungai bawah tanah di dasar Luweng Grubug.



Semakin dekat dengan Luweng Grubug, Anda akan menemukan mahakarya alam yang sangat mengagumkan, begitu eksotis, semburat cahaya masuk melalui sebuah lubang setinggi 90 meter menyinari kedalaman gua yang sangat gelap. Tak mengherankan jika masyarakat setempat menyebutnya sebagai cahaya surga. Tetesan air dari ketinggian lubang turut menghiasi keindahan pemandangan yang memang sangat menakjubkan.