Beberapa koleksi benda-benda bersejarah di Museum Sonobudoyo antara lain keramik jaman neolitik, patung perunggu abad kedelapan, wayang kulit, topeng Jawa, keris, serta berbagai macam senjata kuno dan tradisional lain. Museum Sonobudoyo terdapat di dua tempat, yaitu di Jalan Trikora No. 6 Yogyakarta, dan nDalem Condrokiranan, Wijilan, Yogyakarta, atau di sebelah timur alun-alun lor Keraton Yogyakarta. Di Museum Sonobudoyo nDalem Condrokiraman ini pada malam hari digelar pertunjukan wayang kulit singkat, lengkap dengan alat musik tradisional Jawa (gamelan).
Koleksi Museum Sonobudoyo
Museum Sonobudoyo memiliki koleksi kurang lebih 43.000 benda-benda bersejarah dan bertema budaya Jawa yang dikelompokkan menjadi 10 kategori, yaitu Koleksi Numismatik dan Heraldika, Koleksi Filologi, Koleksi Keramologika, Koleksi Seni rupa, Koleksi Teknologi, Koleksi Geologi, Koleksi Biologi, Koleksi Arkeologi, Koleksi Etnografi, dan Koleksi Historika.Pengunjung bisa melihat koleksi benda-benda tersebut di beberapa ruang, yaitu Ruang Pendopo dan Sekitarnya, Ruang Pengenalan, Ruang Prasejarah, Ruang Klasik dan Peninggalan Islam, Ruang Batik, Ruang Wayang, Ruang Topeng, Ruang Jawa Tengah, Ruang Bal, dan Ruang Emas.
Sekilas Tentang Berdirinya Museum Sonobudoyo
Museum Sonobudoyo didirikan oleh Java Instituut yaitu yayasan yang berkonsentrasi pada kebudayaan, terutama di daerah Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Java Instituut berpusat di Surakarta, dan mendapatkan kewenangan untuk melakukan kegiatan organisasinya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Jakarta dengan No. 73, tanggal 17 Desember 1919.Gerbang Museum Sonobudoyo
Dalam kongres Java Instituut yang diselenggarakan di Surakarta pada tahun 1924, diputuskan untuk mendirikan sebuah museum untuk mengumpulkan berbagai data kebudayaan dari daerah Jawa, Madura, Bali, dan Lombok.
Setelah melalui proses pengumpulan data dan benda-benda bersejarah, akhirnya pada tahun 1934 didirikan sebuah museum di atas sebidang tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwana VII, yang pendiriannya ditandai dengan candrasengkala Buta Ngrasa Esthining Lata. Kemudian pada tanggal 6 November 1935 secara resmi museum dibuka untuk umum dan diberi nama Museum Sonobudoyo. Peresmian museum tersebut ditandai dengan Kayu Winayangan ing Brahaman Budha.
Referensi :
No comments:
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar sesuai dengan materi artikel, menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dengan tidak menuliskan kata-kata singkatan tidak baku. Komentar yang hanya berisi satu atau dua kalimat saja akan dianggap sebagai komentar spam.