Ya, benar sekali, gua ini memiliki ikatan historis terutama bagi masyarakat Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya. Gua Selarong berlokasi di Dusun Kembang Putihan, Desa Guwosari Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Berada di sebuah perbukitan batu padas, dan menjadi markas besar Pangeran Diponegoro dalam perang melawan Belanda yang dikenal dengan istilah Perang Jawa (1825-1830).
Tempat ini dijadikan sebagai markas setelah rumah Pangeran Diponegoro di Tegalrojo dibakar oleh Belanda dibawah pimpinan asisten Residen Chevallier pada tanggal 21 Juli 1825. Dalam tragedi tersebut, Pangeran Diponegoro berhasil meloloskan diri, kemudian membangun sebuah markas di sekitar Selarong yang memang telah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya.
Setelah berita pembakaran rumah Pangeran Diponegoro sampai keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, banyak para bangsawan istana yang notabenenya merupakan keturunan Sultan Hamengkubuwono I, meninggalkan istana dan bergabung dengan Pangeran Diponegoro untuk melawan Belanda. Tidak tanggung-tanggung, kurang lebih sebanyak 77 orang bangsawan beserta pengikutnya bergabung ke Gua Selarong.
Diantara bangsawan-bangsawan yang bergabung dengan Diponegoro dan namanya sudah tidak asing lagi dalam sejarah nasional adalah Pangeran Mangkubumi, Pangeran Adinegoro, Pangeran Panular, Adiwinoto Suryodipuro, Blitar, Kyai Mojo, Pangeran Ronggo, Ngabei Mangunharjo, dan Pangeran Surenglogo. Mereka menjadi panglima yang memimpin pasukan selama Perang Jawa berlangsung.
Selarong merupakan kawasan strategis yang berada di kaki bukit kapur, hanya berjarak kurang lebih 9 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Gua Selarong menjadi pusat pembentukan batalyon serta penyusunan taktik dan strategi selama Perang Jawa berlangsung. Setidaknya lima orang bangsawan istana memimpin langsung markas Gua Selarong, mereka adalah Pangeran Mangkubumi, Pangeran Angabei Jayakusuma, Alibasah Sentot Prawirodirjo, Kyai Maja, dan Pangeran Diponegoro sendiri sebagai pimpinan markas.
Belanda telah melakukan berbagai upaya untuk menangkap Diponegoro, dan telah menghabiskan biaya yang sangat besar untuk mengatasi taktik gerilya pasukan Diponegoro. Gua Selarong sebagai markas besar Perang Jawa telah tiga kali diserang oleh Belanda, tetapi selalu gagal menangkap Pangeran Diponegoro.
No comments:
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar sesuai dengan materi artikel, menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dengan tidak menuliskan kata-kata singkatan tidak baku. Komentar yang hanya berisi satu atau dua kalimat saja akan dianggap sebagai komentar spam.