Pura Taman Ayun merupakan Pura Ibu (Paibon) pada masa kekuasaan kerajaan Mengwi, yang dibangun pada tahun 1634 Masehi atau 1556 Saka oleh I Gusti Agung Putu, Raja Mengwi. Diresmikan pada hari Selasa Kliwon, wuku Medangsia pada sistem penanggalan Saka, sehingga sampai saat ini, setiap tanggal tersebut diadakan upacara untuk merayakan hari ulang tahun berdirinya Pura Taman Ayun.
Pada awalnya, pura tersebut dibangun di sebelah utara Desa Mengwi, yang dinamakan Taman Genter. Pura tersebut kemudian dipindahkan ke area yang lebih luas ketika Kerajaan Mengwi berkembang menjadi besar, yang kemudian diberi nama Pura Taman Ayun.
Kompleks Bangunan Pura Taman Ayun
Sebenarnya kompleks bangunan Pura Taman Ayun telah mengalami kerusakan yang cukup parah. Namun, pemerintah setempat berusaha untuk memugar kembali bangunan tersebut dengan melakukan perbaikan secara bertahap pada bagian-bagian yang telah rusak.Pada tahun 1937, dilakukan perbaikan besar-besaran di beberapa bagian bangunan. Perbaikan kemudian dilanjutkan pada tahun 1949, yaitu pada bagian gapura bentar, kori agung, dan pembuatan wantilan. Pada tahap ketiga, perbaikan dilaksanakan pada tahun 1972, dan perbaikan tahap akhir pada tahun 1976.
Secara umum, kompleks bangunan Pura Taman Ayun terdiri atas empat pelataran, yaitu satu pelataran luar dan tiga pelataran dalam. Semakin ke dalam, pelataran tersebut semakin tinggi, sehingga membentuk seperti limas. Secara keseluruhan, kompleks bangunan pura menempati area berukuran 100 x 250 meter.
Foto Pura Taman Ayun Bali
Kompleks Pelataran Luar
Pelataran luar dinamakan Jaba, terletak di sebelah luar kolam yang mengelilingi pura. Dari pelataran luar ke bagian dalam, dihubungkan dengan sebuah jembatan melintasi kolam tersebut, menuju ke gapura bentar, sebagai gerbang utama pura. Terdapat sepasang arca raksasa yang terletak sebelum jembatan penghubung dan di depan gapura bentar. Gapura Bentar ini dikelilingi oleh pagar batu, dan berfungsi sebagai jalan masuk bagi pengunjung pura untuk menuju ke kompleks pelataran dalam. Tidak jauh dari gerbang, terdapat bangunan berupa gardu kecil yang berfungsi sebagai tempat untuk penjaga pura.Kompleks Pelataran Dalam
Kompleks pelataran dalam terletak di halaman pertama setelah memasuki gapura bentar. Di halaman pertama ini, tedapat bangunan yang menyerupai pendapa, disebut dengan wantilan, yang berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan upacara dan sabung ayam. Sabung ayam memang menjadi salah satu ritual dalam penyelenggaraan acara tersebut. Pelataran dalam pertama dibelah oleh sebuah jalan yang menghubungkan dengan pelataran dalam kedua. Terdapat sebuah bale berbentuk bundah di sisi barat daya pelataran, pengunjung bisa beristirahat sembari menikmati keindahan pura dari bale ini. Terdapat sebuah kolam di sebelah bale bundar yang dipenuhi dengan teratai dan di bagian tengahnya terdapat tuguh yang memancarkan air ke sembilan arah mata angin. Di sisi timur pelataran, terdapat beberapa pura kecil yang dinamakan dengan Pura Luhuring Purnama.Sebelum memasuki area pelataran dalam kedua, terdapat sebuah gerbang sebagai pintu masuk bagi para pengunjung. Posisi pelataran kedua ini lebih tinggi dari pelataran pertama. Terdapat sebuah bangunan pembatas yang dihiasi dengan gambar relief sebagai simbol 9 dewa penjaga arah mata angin. Terdapat sebuah pura kecil di sisi timur pelataran, yang dinamakan dengan Pura Dalem Bekak, sedangkan di sudut pelataran bagian barat terdapat balai Kulkul dengan atap yang dibuat menjulang tinggi.
Pelataran dalam ketiga merupakan area yang dianggap paling suci, dengan posisi paling tinggi diantara pelataran lain. Gerbang masuk pelataran ketiga ini disebut dengan pintu gelung, berada tepat ditengah bangunan pembatas, dan hanya dibuka pada saat diselenggarakan upacara. Di sisi kanan kiri pintu gelung terdapat gerbang sebagai pintu keluar masuk saat melaksanakan kegiatan sehari-hari. Di halaman pelataran kegita ini Meru, Candi, Gedong, Padmasana, Padma Rong Telu, dan bangunan-bangunan lain yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya acara keagamaan.
Lihat artikel lain, Daftar Tempat Wisata Di Bali.
No comments:
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar sesuai dengan materi artikel, menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dengan tidak menuliskan kata-kata singkatan tidak baku. Komentar yang hanya berisi satu atau dua kalimat saja akan dianggap sebagai komentar spam.