Monumen Jogja Kembali

Monumen Jogja kembali adalah salah satu objek wisata sejarah di kota Jogja. Monumen ini didirikan pada tahun 1985 dan selesai dibangun tahun 1989. Pembangunan Mondumen Jogja Kembali bertujuan untuk mengenang sejarah kembalinya kota Yogyakarta, pada waktu itu menjadi Ibukota Republik Indonesia Serikat, dari tangan penjajah Belanda pada tanggal 29 Juni 1949. Momentum ini pula menjadi pertanda kebebasan bangsa Indonesia secara nyata dari tangan Belanda.

Monumen ini dibangun dengan bentuk kerucut, yang menjadi perlambang bentuk gunung, dimana dalam pegunungan itu terdapat kesuburan. Gagasan pembangunan Monumen Jogja Kembali dilontarkan oleh Wali Kota Madya waktu itu, yaitu Kolonel Sugiarto, pada tahun 1983.

Pemilihan lokasi di Dusun Jongkang, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman juga memiliki alasan tersendiri, yaitu latar belakang budaya masyarakat Jogja, dimana pada lokasi tersebut, monumen dibangun panda sumbu imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan pantai Parang Tritis.

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII, dengan upacara tradisional penanaman kepala kerbau. Di halaman paling depan Monumen Jogja Kemali terdapat replika Pesawat Guntai dan Pesawat Cureng, yang merupakan pesawat tempur pada masa perjuangan tersebut.



Sedangkan di taman depan, pengunjung bisa melihat meriam buatan Rusia, Meriam PSU Kaliber 60mm, yang juga dipakai pada peristiwa perebutan kembali kota Jogja. Di halaman museum, terdapat dinding yang membentang, berisi daftar 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III, selama periode 19 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949.




Pada dinding tersebut juga terdapat puisi karangan Khairil Anwar, yang berjudul "Karawang-Bekasi". Sedangkan bangunan monumen terdiri dari tiga lantai. Di dalam monumen tersebut terdapat museum yang menyimpan benda-benda bersejarah yang digunakan pada peristiwa perjuangan itu.