Pemakaman Imogiri terletak di sebuah perbukitan, termasuk dalam kawasan gunung sewu atau pegunungan seribu, yang membentang di pantai selatan Pulau Jawa, dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah), hingga Kabupaten Tulungagung (Jawa Timur).
Wisata Di Pemakaman Imogiri
Saat ini Pemakaman Imogiri menjadi tempat wisata sejarah sekaligus wisata religi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Selain bangunan makam, setidaknya wisatawan dapat menemukan tiga peninggalan Sultan Agung, Raja Mataram yang sempat membawa kerajaan ini menjadi kerajaan terbesar di nusantara, yang sangat dikeramatkan. Tiga peninggalan tersebut adalah air suci dari empat tempayan, cincin kayu yang terbuat dari tongkat Sultan Agung, dan daun tujuh macam.Air suci dari empat tempayan dipergunakan untuk berwudhu oleh Sultan Agung. Empat tempayan tersebut pemberian dari Kerajaan Sriwijaya (Palembang), Kerajaan Samudera Pasai (Aceh), Kerajaan Ngerum (Turki), dan Kerajaan Syam (Thailand). Cincin kayu dari tongkat Sultan Agun konon tongkat Sultang Agung yang ditanam, kemudian tumbuh menjadi pohon.
Kayu dari pohon tersebut kemudian dibuat menjadi cincin. Cincin ini dipercaya memiliki kekuatan gaib. Sedangkan daun tujuh macam dipercaya dapat dipergunakan untuk mengobati suami-istri yang sudah lama menikah namum belum memiliki anak.
Pemakaman Imogiri juga kerap dijadikan sebagai objek wisata religi, yaitu sebagai tempat berziarah. Setiap tahun, tepatnya pada bulan Suro dalam sistem penanggalan Jawa, di pemakaman ini dilaksanakan upacara tradisional "nguras" Padasan Kong Enceh.
Pemakaman Imogiri dibuka untuk masyarakat umum pada hari-hari tertentu saja, Jum'at, Mulai pukul 13.00, Senin, mulai pukul 10.00, Minggu, mulai pukul 10.00, tanggal 1 dan 8 bulan Syawal, mulai pukul 10.00, tanggal 10 bulan Besar, mulai pukul 10.00. Pada bulan puasa dan hari-hari besar Islam, pemakaman ini ditutup dan masyarakat umum tidak diperkenankan masuk.
Satu hal yang menarik adalah tata cara memasuki Pemakaman Imogiri, pengunjung diwajibkan mengenakan pakaian tradisional Mataram, baik untuk pria maupun wanita. Untuk mengenakan pakaian tradisional tersebut, sudah ada tata caranya sendiri, wisatawan akan dibimbing oleh pihak pengelola makam untuk mengenakan pakaian tradisional tersebut. Jika tidak mengikuti tata cara tersebut, pengunjung hanya diperbolehkan masuk sampai di pintu gerbang pertama.
No comments:
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar sesuai dengan materi artikel, menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dengan tidak menuliskan kata-kata singkatan tidak baku. Komentar yang hanya berisi satu atau dua kalimat saja akan dianggap sebagai komentar spam.