Pada awalnya Museum Radya Pustaka berada di Ndalem Kepatihan, didirikan pada tanggal 28 Oktober 1890, oleh Patih Dalem Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV, pada masa pemerintahan Pakubuwono IX. Pada perkembangannya, tanggal 1 Januari 1913, museum tersebut dipindahkan ke Gedung Museum Radya Pustaka saat ini, di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta. Pada waktu itu, gedung museum di Jalan Slamet Riyadi, merupakan rumah milik seorang warga Berlanda, bernama Johannes Busselaar.
Museum Radya Pustaka dikelola oleh Yayasan Paheman Radyapustaka Surakarta, yang dibentuk pada tahun 1951, dan untuk pelaksanaan tugas sehari-hari, dibentuklah presidium. Pada tahun 2007, terjadi hilangnnya beberapa koleksi benda-benda museum, termasuk lima arca batu peninggalan abad ke 4 dan 9. Diperkirakan benda-benda museum tersebut dijual kepada pihak lain, dengan harga mulai dari Rp 80 juta hingga Rp 270 juta per arca. Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh pihak berwenang, benda-benda tersebut diganti dengan barang palsu. Atas peristiwa tersebut, pada tanggal 18 November 2007 Kepolisian Republik Indonesia menangkap KRH Darmodipuro, waktu itu menjabat sebagai Kepala Museum Radya Pustaka. Dua hari setelah penangkapan tersebut, polisi menggeledah rumah seorang pengusaha, di Jakarta, bernama Hashim Djojohadikusumo adik dari Prabowo Subianto. Dari penggeledahan tersebut, ditemukan lima arca milik Museum Radya Pustaka Solo. (Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Radya_Pustaka).
Koleksi Benda-Benda Di Museum Museum Radya Pustaka
Terdapat sebuah patung dada R. Ng. Rangga Warsita di halaman depan dedung museum. Ia adalah seorang pujangga terkemuka abad ke 19 dari Keraton Surakarta. Patung R. Ng. Rangga Warsita diresmikan pada tahun 1953 oleh Presiden Republik Indonesia ke 1, Ir. Soekarno. Di belakang patung R. Ng. Rangga Warsita tersebut terdapat prasasti kuno bertuliskan aksara Jawa. Dari halaman depan menuju ke serambi museum, pengunjung akan menemukan meriam beroda peninggalan VOC pada abad 17-18. Tah hanya itu, di museum ini juga terdapat beberapa meriam kecil milik Keraton Surakarta, serta beberapa arca peninggalan Hindu Budha.Selain meriam dan beberapa arca Hindu-Budha, juga terdapat berbagai koleksi benda-benda kuno lain, seperti wayang kulit, pusaka adat Keraton Surakarta, dan buku-buku kuno. Beberapa koleksi buku kuno di Museum Radya Pustaka Solo adalah buku-buku yang sangat terkenal, antara lain Wulang Reh, karya Pakubuwono IV dan Serat Rama, karya Yasadipura I, seorang pujangga ternama dari Keraton Surakarta.
Salah satu koleksi yang hingga sekarang masih dianggap sakral adalah Kyai Rajamala, yaitu sebuah patung kuno terbuat dari kayu. Patung tersebut merupakan hasil karya Pakubuwono V, ketika masih muda dan berstatus sebagai putra mahkota kerajaan. Karena masih dianggap sakral, patung Kyai Rajamala ini pada saat-saat tertentu masih diberi sesaji.
No comments:
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar sesuai dengan materi artikel, menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dengan tidak menuliskan kata-kata singkatan tidak baku. Komentar yang hanya berisi satu atau dua kalimat saja akan dianggap sebagai komentar spam.