Sejarah Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor pada awalnya merupakan hutan buatan yang sudah ada sejak tahun 1474-1513, yaitu pada masa kekuasaan Prabu Siliwangi di Kerajaan Sunda. Hal ini sesuai dengan yang tertulis pada Prasasti Batutulis. Pembuatan hutan ini bertujuan untuk menjaga kelestarian alam, terutama untuk memelihara benih-benih kayu langka.Konsep Kebun Raya Bogor baru direhabilitasi setelah Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles mendiami Istana Bogor pada awal 1800-an. Sir Thomas Stamford Raffles memiliki minat besar terhadap bidang botani, yang kemudian meminta bantuan para ahli botani, kemudian membangun halaman Istana Bogor menjadi taman bergaya Inggris klasik. Hal inilah yang menjadi awal perubahan konsep Kebun Raya Bogor.
Pembangunan Kebun Raya Bogor di hutan buatan tersebut bermula ketika Olivia Raffles, istri Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, meninggal dunia pada tahun 1814, yang dimakamkan di Batavia. Ide pembangunan kebun raya berasal dari Abner, seorang ahli biologi, yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal baru, Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen, meminta sebidang tanah di sekitar Istara Bogor, untuk dijadikan kebun raya, sebagai monumen pengabadian Olivia Raffles. Selain itu, kebun raya tersebut juga dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan, dan koleksi tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lain.
Pada tahun 1817 Kebun Raya Bogor secara resmi didirikan oleh Gubernur Jenderal van der Capellen. Pada awal berdirinya, kebun raya ini diberi nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg, yang mencakup kawasan hutan buatan jaman Raja Siliwangi (samida) dan area seluas 47 hektare di sekitar Istana Bogor. Di perkirakan, sekitar 900 jenis tanaman ada di ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg, dan semenjak itulah Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian di Indonesia. Beberapa insitusi yang membidangi ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan tanaman kemudian banyak dibangun di daerah Bogor, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894). Pada waktu itu, pengelolaan ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg masih dibawah kepengurusan halaman Istana Bogor, baru pada tahun 1868, pengelolaan tersebut secara resmi dipisahkan. Beberapa nama yang sempat diberikan pada Kebun Raya Bogor antara lain, Botanical Garden of Buitenzorg, ’s Lands Plantentuin, Botanical Garden of Indonesia, dan Syokubutzuer.
No comments:
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar sesuai dengan materi artikel, menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dengan tidak menuliskan kata-kata singkatan tidak baku. Komentar yang hanya berisi satu atau dua kalimat saja akan dianggap sebagai komentar spam.