Wujud tugu merupakan simbol dari Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, agar rakyat Indonesia selalu mengenang peristiwa paling bersejarah dalam masa-masa merebut kemerdekaan. Selain menjadi monumen untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia, Tugu Monas juga menjadi titik pencar perkembangan wilayah Ibukota, agar perkembangan Jakarta seimbang dan sesuai dengan Rentjana Induk (Master Plan) DCI Djakarta 1965-1985.
Pembangunan monumen ini dilaksanakan pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1961 oleh Panitia Monumen Nasional, yang diketuai oleh Presiden Republik Indonesia. Pembangunan tersebut dilakukan dalam dua tahap, dan selesai pada tahun 1975.
Konstruksi Monas terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu Pintu Gerbang Utama, Ruang Museum Sejarah, Ruang Kemerdekaan, Pelataran Cawan, Puncak Tugu, Api Kemerdekaan, dan Badan Tugu. Sebagai sebuah simbol untuk mengenang Proklamasi Kemerdekaan, maka seluruh ukuran Tugu Monas sudah disesuaikan dengan tanggal bersejarah tersebut, yaitu 17-08-1945. Arsitektur dan konstruksi Monumen Nasional dirancang oleh Soedarsono dan F. Silaban. Monumen Nasional berdiri kokoh setinggi 132 meter dengan mahkota lidah api yang dilapisi emas, sebagai lambang semangat perjuangan yang menyala-nyala, yang berada di puncak tugu.
Sejarah Monas
Presiden Soekarno merencanakan pembangunan sebuah monumen nasional di depan Istana Merdeka untuk mengenang dan menanamkan nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia. Rencana tersebut menyusul pengakuan Belanda atas kedaulatan Republik Indonesia pada tahun 1949. Presiden Soekarno ingin membuat satu simbol untuk menumbuhkan patriotisme pada generasi mendatang.Untuk merealisasikan rencana tersebut, dibentuklah sebuah komite nasional pada tanggal 17 Agustus 1954, yang kemudian menggelar sayembara perancangan monumen nasional pada tahun 1955. Sayembara tersebut diikuti oleh 51 peserta, tetapi hanya karya satu dari Frederich Silaban yang dapat memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh komite.
Lima tahun kemudian, 1960, digelar sayembara kedua. Kali ini diikuti oleh 136 peserta. Tetapi dari sejumlah peserta tersebut, tidak satupun yang memenuhi kriteria komite. Kemudian juri meminta kepada Frederich Silaban untuk menunjukkan hasil rancangannya kepada Presiden Soekarno. Namun, Presiden tidak menyetujui rancangan tersebut, yang kemudian meminta Frederich Silaban untuk membuat rancangan dengan tema lingga dan yoni. Rancangan silaban kemudian dilanjutkan oleh arsitek R.M. Soedarsono, yang kemudian memasukkan konsep angka keramat 17-08-45, sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pembangunan dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 yang diresmikan oleh Presiden Soekarno dengan seremoni pemasangan pasak beton pertama. Pembangunan monumen ini terbagi menjadi dua tahap, tahap pertama pada kurun 1961-1968. Pembangunan obelisk (menara atau tugu batu) selesai pada tahun 1963. Tahap kedua berlangsung pada kurun waktu 1969-1975. Monumen Nasional secara resmi dibuka pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Suharto.
Tema Lingga Yoni Bangunan Monas
Bangunan Tugu Monas dirancang dengan tema Lingga Yoni, yaitu suatu konsep pasangan universal abadi. Konsep Lingga diwujudkan dalam bentuk obelisk yang menjulang setinggi 117,7 meter di atas pelataran cawan, sebagai perlambang laki-laki, elemen yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan yang menjadi landasan obelisk adalah perwujudan dari konsep Yoni, perlambang wanita, elemen pasif dan negatif, serta malam hari. Lingga Yoni merupakan konsep yang melambangkan hubungan atau kesatuan harmonis, saling melengkapi, dan dialektis.Konsep Angka Sakral 17-08-45 Pada Tugu Monas
Pelataran cawan berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 45 x 45 meter, dan tinggi 17 meter dari permukaan tanah. Dasar cawan hingga ruang Museum Sejarah Nasional memiliki rentang tinggi 8 meter. Angka tersebut sengaja dirancang sebagai simbol dari Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17-8-1945.Referensi :
No comments:
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar sesuai dengan materi artikel, menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dengan tidak menuliskan kata-kata singkatan tidak baku. Komentar yang hanya berisi satu atau dua kalimat saja akan dianggap sebagai komentar spam.