Pantai Kuta Lombok berjarak kira-kira 72 kilometer ke arah Tenggara dari Kota Mataram, dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 90 menit menggunakan kendaraan. Berhubung angkutan umum menuju lokasi pantai ini cukup jarang, dan hanya beroperasi sampai jam 15.00, disarankan wisatawan menggunakan mobil sendiri atau ikut jasa paket wisata yang banyak tersedia di Kota Mataram. Anda bisa mencari jasa paket wisata tersebut dengan mencari di internet. Jika tetap menggunakan angkutan umum, disarankan untuk tidak terlalu sore berada di lokasi wisata ini, pasalnya, dikhawatirkan Anda akan terlambat, dan harus mencari taksi atau penginapan di daerah setempat yang harganya bisa sangat mahal.
Perjalanan menuju Pantai Kuta Lombok akan melalui sebuah desa yang bernama Desa Sade, yaitu sebuah desa suku Sasak, penduduk asli Pulau Lombok. Desa tersebut dikenal dengan kerajinan kain tenun tradisional, pastikan untuk mengunjungi desa tersebut, selain melihat proses pembuatan tenun tradisional, juga bisa membeli hasil kerajinan tersebut sebagai kenang-kenangan dari kunjungan Anda ke Pulau Lombok.
Potensi Wisata Pantai Kuta Lombok
Pantai yang berada di sebelah selatan Pulau Lombok ini memiliki hamparan pasir sangat putih dan terasa lembut di kaki. Garis pantai yang bergelombang, terbentang sepanjang 72 kilometer, perairan jernih berwarna kebiruan, serta gugusan ekosistem terumbu karang yang sehat, menjadikan pantai ini memiliki pesona sungguh menakjubkan. Belum lagi keberadaan bukit di sebelah barat pantai, yang bernama Bukit Mandalika, semakin membuat pemandangan sekitar lebih eksotis.Pesona Keindahan Pantai Kuta Lombok
Nama bukit tersebut berasal dari sebuah legenda yang berkembang di masyarakat setempat. Konon, seorang putri yang sangat cantik, bernama Putri Mandalika. Banyak pangeran tertarik dan ingin menikahi putri tersebut. Karena tidak berkenan, untuk menghindari salah seorang pangeran yang terus mengejar dan ingin mempersuntingnya, Putri Mandalika kemudian menceburkan diri ke laut dari bukit tersebut. Dan sebelum terjun, Sang Putri berjanji akan kembali sekali dalam setahun. Menurut legenda tesebut, rambut sang putri berubah menjadi cacing nyale. Oleh karena itu, setahun sekali masyarakat setempat selalu menyelenggarakan upacara Sasak atau upacara Bau Nyale. Dalam upacara tersebut, para nelayan berusaha untuk mencari cacing Nyale, sebagai bentuk sambutan atas kembalinya Sang Putri.
No comments:
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar sesuai dengan materi artikel, menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dengan tidak menuliskan kata-kata singkatan tidak baku. Komentar yang hanya berisi satu atau dua kalimat saja akan dianggap sebagai komentar spam.